H-1 212

Bismillaahirrahmaanirrahiim...


H-1 Persatuan Umat Islam Indonesia

Entah bagaimana, hari ini hatiku berdebar. Entah karena tak bersabar untuk turut hadir dalam agenda itu, atau takut ada oknum yang tak bertanggung jawab hadir dalam aksi itu dan membuat buruk citra agenda 212 esok.

Esok seharusnya menjadi hari dimana aku mengikuti tes untuk kenaikan level bahasa Jepangku. Saat hari pendaftaran, aku ingat sekali pada diriku yang melankolis untuk mengikuti ujiannya ataukah tidak. Aku minta pendapat temanku, haruskah aku mengikutinya, ataukah tidak? Lantaran diriku yang merasa belum siap tempur juga, temanku dengan bijak menjawab "Pilihlah yang terbaik, jangan ceroboh. Jangan sampai kamu menyesal atas pilihanmu." dan aku sepertinya mengerti. Untuk alasan inilah aku tak mengikuti ujian tersebut.

Awalnya sekali, aku tak menyangka akan turut hadir dalam aksi esok. Bahkan dua minggu sebelumnya pun tak terpikir sama sekali. Karena jarak yang memisahkanku dengan tempat berkumpul yang jauh. Dan juga tak adanya kewajiban untuk mengikuti aksi itu.

Tapi, tunggu. Bukankah dua tahun lalu aku sangat menyesal karena memilih ikut ujian yang bisa disusul? Dua tahun lalu saat ujian berlangsung aku gelisah dan perasaan ingin ikut yang sangat menggebu itu, apakah aku lupa perasaan itu?

Dan betapa kesalnya aku melihat berita tv yang menyebarkan info tentang sampah saat aksi saja dan hoax lainnya? Apakah aku sudah lupa?

Betapa setelah aksi itu hati umat Islam menjadi kokoh dan makin gencar dalam berdakwah. Satu aksi yang dilancarkan, mengubah Indonesia secara total. Bukankah itu indah?

Lalu, apakah lagi lagi kamu mau melewatkan momen bersejarah di Indonesia ini? Apakah kamu yakin bahwa nanti kamu tak membawa penyesalan?

Dosamu begitu banyak, kamu tak punya hujjah yang cukup untuk meringankan beban dosamu, lalu kamu tetap tak mau ikut aksi itu?

Aku memang hanya sebatas bocah kencur yang bergelimang dosa. Aku pun tahu bahwa dengan hadirnya aku disana saja, tak cukup untuk menjadi hujjahku di akhirat nanti. Namun, siapa yang tahu kalau dengan usaha ini, akan membuat bocah kencur ini menjadi lebih matang dan lebih kuat untuk istiqomah?

Aksi 212 dua tahun lalu, sudah cukup mengubah semua lapisan masyarakat Indonesia. Tak semua, tapi akan. Membuat kita rindu dengan persatuan Indonesia dengan dasar cinta pada Allah. Bukankah itu sangat indah?

Dulu, aku sering sekali diajak oleh Mama untuk ikut aksi. Saat aku masih SD, rezim bapak SBY, Mama sering sekali mengajakku. Aku pun jadi sangat familiar tentang bendera yang disebut sebut sebagai bendera "ISIS". Aku jadi tahu bahwa itu adalah Ar-Rayah dan Al-Liwa. Bendera yang ditakuti umat pada saat itu karena melambangkan "ISIS".

Aku bahkan diajak oleh Mama ke suatu acara di Gelora Bung Karno saat SMP kelas 1. Aku tak tahu itu acara apa. Bahkan aku terngantuk ngantuk saat acara itu berlangsung. Yang paling ku ingat pada saat itu adalah, semacam teatrikal yang membawa bola dunia yang besar berwarna hitam. Menunjukkan bahwa bumi sedang dalam masa yang sangat buruk. Namun, ketika penduduk bumi mengikuti aturan Allah, bumi yang tadinya menghitam, menjadi bersinar terang.

Berkibarlah bendera tauhid di seluruh penjuru Gelora Bung Karno. Ucapan tauhid dan takbir mewarnai stadion. Kantukku hilang, berubah menjadi semangat yang entah datang dari mana. Sampai ingin menangis rasanya. Melihat bendera ini berkibar bebas memenuhi stadion.

Itu salah satu aksi yang sangat menggetarkan hatiku yang masih labil. Membuatku ingin mengikuti jejak Mama, ber-Islam secara kaffah. Pakaianku yang tadinya sebatas celana levis, baju panjang, kerudung yang tak menutupi dada, berusaha untuk menutupi aurat sesuai syari'at.

Dan lihatlah sekarang. Tak hanya sebatas penjuru stadion, tapi seluruh penjuru Indonesia, siap mengibarkan bendera tauhid ini. Masihkah tak mau melihat keindahan ini?

Lihatlah bagaimana di sosial media postingan-postingan yang bertajuk Islam Kaffah, sering ditumbangkan. Mereka mulai takut. Takut akan kebangkitan umat Islam.

Umat Islam di cap Teroris, padahal kita yang dibantai. Kebenaran diputar balikkan. Umat Islam dengan senang hati menyambut penjajahan mereka.

Lalu, masihkah kita diam? Masihkah merasa tak apa-apa jika tak mengikuti aksi ini?

Marilah bersatu, menyatukan cinta yang berdasarkan cinta kepada-Nya. Tunjukkan bahwa Islam adalah damai. Tanpa Islam di muka bumi, tak akan bumi ini selamat. Dan tunjukkan bersama bahwa...

Islam Rahmatan Lil'Alamin

Wallahu a'lam bisshowwab

Comments

Popular posts from this blog

RESENSI NOVEL AIR MATA TERAKHIR BUNDA KARYA KIRANA KEJORA

Cerpen Terjemahan "Matilah Seperti Sedang Mengincarnya" Karya Hiuro Yukise